Kamis, 21 Januari 2016

ILMU KEPERAWATAN DASAR I ( IBU RUKMINI )

 NS. RUKMINI HARU ,S.kep

SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA

A. KEPERAWATAN ZAMAN PURBA

            Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal yang sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa itu, perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu, anak perempuan dan saudara perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang lainnya. Istilah perawat (nurse ) berasal dari perawatan yang diberikan ibu kepada bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture ), manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu besar, gunung-gunung yang tinggi, pohon-pohon yang besar, sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak berkembang, masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk mengobatkan anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang yang sakit
Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang yang sakit.





PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
 Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya, perkembangan keperawatan di Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi yaitu penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan  Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Perkembangan keperawatan di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan (orde lama dan orde baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa itu antara lain: Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke Gezondherds Dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816) sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya Kesehatan adalah milik manusia”, ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang dilakukan antara lain: pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta Barat). Pada tahun 1919
rumah sakit ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudiam RSCM menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan Inggris, maka penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang melakukan tugas perawat bukan dari orang yang sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah sakit juga diambil alih dari orang Belanda ke orang  Jepang. Pada saat itu obat-obatan sangat minim, sehingga wabah penyakit muncul dimana-mana. Bahan balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.
Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun 1962 dengan didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu didirikan pula Amper milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education). Dalam Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan.Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat. Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh keperawatan Indonesia, antara lain Achir Yani S, Hamid, DN.Sc; mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah, MN dan Dewi Irawaty, MA, dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia (Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin, Universitas Andalas dan Universitas Sumatra Utara).
 Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan  yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat Sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini berkaitan dengan semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun 1942 berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi keperawatan. Tiga organisasi profesi yang ada antara tahun 1945-1954 adalah Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK) dengan keanggotaan bukan hanya dari perawat. Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun 1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang secara resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia hingga kini

B. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia
 Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi social dan ekonomi yaitu  penjajahan pemerintahan colonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka dibedakan atas :
1. Masa sebelum kemerdekaan Masa penjajahan belanda I. Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. usaha  pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah :
- Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799 Mendirikan rumah        sakitII Butten Hospital
 - Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
 - Membentu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst) Zaman penjajahan Inggris, Gubernur jendral Rafles sangat memperhatikan rakyat semboyan :Kesehatan adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan :
 1. Pencacaran secara umum
 2. Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
 3. Memperhatikan kesehatan pada para tawanan
Zaman penjajahan Jepang menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-kemunduran ini terlihat pada pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik, Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang, Obat-obatan sangat kurang. Wabah penyakit terjadi dimana-mana

1.  Zaman kemerdekaan Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit dan balai kesehatn. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru perawat dan sekolah perawat setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan keperawatan professional. Tahun 1962-sekarang keperawatan mulai berkembang dengan pesat Tahun 1962 mulai banyak berdiri akademi keperawatan (AKPER) tahun 1985 program studi ilmu keperawatan (PSIK) diselenggarakan oleh fakultas kedokteran universitas Indonesia lulusan I tahun 1988. Dampaknya ialah meningkatkan pelayanan keperawatan, pendekatan  proses keperawatan dan meningkatkan peran dan fungsi perawat.
Keperawatan penyakit jiwa di IndonesiaTahun 1800 pasien jiwa sudah dikumpulkan di  bangsal-bangsal dan perawatannya bersifat penjagaan. RS jiwa didirikan pertama kali tahun 1875 di Cilandak Bogor dnegan kapasitas 400 orang. Rumah sakit jiwa kedua di Lawang tahun 1894 dengan kapasitas 3300 pasien. Rumah sakit jiwa ketiga RSJ Prof. Dr. Soeroyo di magelang tahun 1923 dengan kapasitas 1400 pasien
Pendidikan keperawatan jiwa baru dibuka bulan September 1940 di bogor dengan kursus. Saat ini perawatan jiwa diselenggarakan secara modern. Dibangsal- bangsal, pengobatan dengan shock terapi, menggunakan obat-obat tidur dnegan musik, olah raga dan rekreasi. Konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam,  budaya dan kepercayaan di Arab keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang Islam (Islamic health belief) dan nilai-nilai profesi yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di Negara barat, keyakinan akan spiritual Islam tercermin dalam budaya mereka
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi tinggal bagaimana keperawatan dan islam  berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas  penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan informatika kesehatan agar tetap  mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan dimulai oleh Rufaidah binti Sa’ad.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar