NS. RUKMINI HARU ,S.kep
SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA
A. KEPERAWATAN ZAMAN PURBA
Menggambarkan keperawatan pada zaman
primitive merupakan hal yang sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter
dan perawat. Pada masa itu, perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari
penyebaran dari mulut ke mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu,
anak perempuan dan saudara perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan
anggota keluarga yang lainnya. Istilah perawat (nurse ) berasal dari perawatan
yang diberikan ibu kepada bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture ), manusia
percaya bahwa apa yang ada di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang
dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka
meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh
kekuatan gaib seperti batu-batu besar, gunung-gunung yang tinggi, pohon-pohon
yang besar, sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak
berkembang, masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk
mengobatkan anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun
lebih mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang
yang sakit
Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa
Mesir dan Cina. Pada masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang
diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit
disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang
lain memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk
merawat orang yang sakit.
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Tidak
banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan keperawatan di Indonesia.
Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya, perkembangan
keperawatan di Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi yaitu
penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia
setelah Indonesia merdeka. Perkembangan keperawatan di Indonesia pada dasarnya
dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan (orde lama
dan orde baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda
perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu
zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit
Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan
staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan
pada masa itu antara lain: Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda
disebut Militiary Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke
Gezondherds Dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels
mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak
diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya
semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris
Raffles (1812-1816) sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari
semboyannya Kesehatan adalah milik manusia”, ia melakukan berbagai upaya
memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang dilakukan antara
lain: pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.setelah pemerintahan
kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk
mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit, salah
satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta
Barat). Pada tahun 1919
rumah sakit ini dipindahkan di Salemba dan
sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi
pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini
(1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik katolik dan
protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat,
RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St. Boromeus di Bandung dan RS
Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakitdi atas,
didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan
juru rawat, kemudiam RSCM menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang
(1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila
renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan Inggris, maka
penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia keperawatan di Indonesia.
Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat
yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang melakukan tugas perawat bukan
dari orang yang sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah sakit juga
diambil alih dari orang Belanda ke orang
Jepang. Pada saat itu obat-obatan sangat minim, sehingga wabah penyakit
muncul dimana-mana. Bahan balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan
pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.
Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun
1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah
perawat mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat
SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun 1962 dengan
didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu didirikan
pula Amper milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai
kemajuan yang sangat bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan.
Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional
Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan
profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan
profesi (professional education). Dalam Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah
dirumuskan dan disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan.
Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan,
dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana (S1)
Keperawatan.Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat
dipisahkan dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan
bukan lagi merupakan pendidikan vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan
mampu melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat.
Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan
profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan/asuhan
keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan.
Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya pergeseran masalah kesehatan
di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan dalam
menghadapi era globalisasi.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di
Indonesia. Sebagai embrio Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori
oleh tokoh keperawatan Indonesia, antara lain Achir Yani S, Hamid, DN.Sc;
mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah, MN dan Dewi Irawaty,
MA, dibantu beberapa pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar
keperawatan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia
(Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin,
Universitas Andalas dan Universitas Sumatra Utara).
Tahun
1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa
kali perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum
Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat Sangat
dihormati oleh masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang dilakukan dalam
merawat orang sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB
menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini
berkaitan dengan semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun 1942
berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945, tumbuh organisasi profesi keperawatan. Tiga organisasi profesi
yang ada antara tahun 1945-1954 adalah Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia
(PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh Kesehatan
(SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu
terjadi fusi organisasi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia
(PDKI) sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK
karena terlibat pada pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di
Bandung dan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK)
dengan keanggotaan bukan hanya dari perawat. Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan
organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI),
Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun
1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali
Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat
nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah
yang secara resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia
hingga kini
B. Sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia
Perkembangan keperawatan di Indonesia
dipengaruhi oleh kondisi social dan ekonomi yaitu penjajahan pemerintahan colonial Belanda,
Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia
merdeka dibedakan atas :
1. Masa sebelum kemerdekaan Masa penjajahan
belanda I. Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. usaha pemerintahan Belanda dibidang kesehatan
adalah :
- Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di
Jakarta pada tahun 1799 Mendirikan rumah
sakitII Butten Hospital
-
Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
-
Membentu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst) Zaman penjajahan
Inggris, Gubernur jendral Rafles sangat memperhatikan rakyat semboyan
:Kesehatan adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan :
1.
Pencacaran secara umum
2.
Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3.
Memperhatikan kesehatan pada para tawanan
Zaman penjajahan Jepang menyebabkan
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga merupakan zaman
kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-kemunduran ini terlihat
pada pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik,
Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang, Obat-obatan sangat kurang.
Wabah penyakit terjadi dimana-mana
1. Zaman kemerdekaan Usaha-usaha dibidang
kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit dan balai kesehatn. Tahun 1952
mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru perawat dan sekolah perawat
setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan keperawatan professional.
Tahun 1962-sekarang keperawatan mulai berkembang dengan pesat Tahun 1962 mulai
banyak berdiri akademi keperawatan (AKPER) tahun 1985 program studi ilmu
keperawatan (PSIK) diselenggarakan oleh fakultas kedokteran universitas
Indonesia lulusan I tahun 1988. Dampaknya ialah meningkatkan pelayanan
keperawatan, pendekatan proses
keperawatan dan meningkatkan peran dan fungsi perawat.
Keperawatan penyakit jiwa di IndonesiaTahun
1800 pasien jiwa sudah dikumpulkan di
bangsal-bangsal dan perawatannya bersifat penjagaan. RS jiwa didirikan
pertama kali tahun 1875 di Cilandak Bogor dnegan kapasitas 400 orang. Rumah sakit
jiwa kedua di Lawang tahun 1894 dengan kapasitas 3300 pasien. Rumah sakit jiwa
ketiga RSJ Prof. Dr. Soeroyo di magelang tahun 1923 dengan kapasitas 1400
pasien
Pendidikan keperawatan jiwa baru dibuka bulan
September 1940 di bogor dengan kursus. Saat ini perawatan jiwa diselenggarakan
secara modern. Dibangsal- bangsal, pengobatan dengan shock terapi, menggunakan
obat-obat tidur dnegan musik, olah raga dan rekreasi. Konteks keperawatan
sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab keyakinan akan
kesehatan dari sudut pandang Islam (Islamic health belief) dan nilai-nilai
profesi yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan
keperawatan di Negara barat, keyakinan akan spiritual Islam tercermin dalam
budaya mereka
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi
tinggal bagaimana keperawatan dan islam
berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan,
kompleksitas penyakit, perkembangan
teknologi kesehatan dan informatika kesehatan agar tetap mengenang dan menteladani sejarah
perkembangan keperawatan dimulai oleh Rufaidah binti Sa’ad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar